Saturday, August 21, 2010

Rumah Sesuai Gaya Hidup

Rumah Sesuai Gaya Hidup

Saat membangun rumah sebaiknya kita tidak hanya mengusahakan tampilan yang cantik, tapi juga kesesuaian dengan gaya hidup dan kebutuhan kita.

Setelah lelah mencari rumah ke mana-mana, di antaranya ke daerah Cibubur dan Bekasi, akhirnya Trama Hasperadetyo (29) dan Ratih Permata Sari (25) jatuh cinta pada rumah di kawasan Gandul, Cinere ini. Salah satu alasan utama mengapa mereka memilih rumah ini adalah karena lokasinya dekat dengan rumah kedua orangtua mereka. Jadi jika dibutuhkan, mereka bisa menitipkan si kecil pada kakek dan neneknya.
Selain lokasi, hal lain yang membuat mereka terpikat pada rumah ini adalah lingkungannya. Bangunan ini berada dalam kompleks perumahan semacam townhouse yang hanya memiliki 40 rumah. Cuma ada satu pintu masuk menuju perumahan ini, sehingga menurut Sari, ia merasa lebih aman. Peraturan tidak boleh membuat pagar jadi tidak membenani. Malah membuat hubungan dengan tetangga menjadi lebih dekat. Apalagi selain tanpa pagar, batas antara satu rumah dengan rumah lainnya hanya berupa jejeran tanaman pendek—persis seperti vila-vila di Puncak.

Duduk di kursi betawi yang ada di teras atau duduk di ruang tamu dengan pintu depan terbuka, memang akan mengingatkan kita pada suasana di Puncak. Angin yang berhembus cukup kencang—apalagi saat pemotretan berlangsung, hujan turun tak kunjung henti—membuat rumah terasa jauh dari rasa panas dan pengap. Bahkan lembaran tisu yang digunakan untuk menutup makanan bakal langsung melayang kalau tidak dibebani sesuatu di atasnya. “Banyak temen saya yang masuk angin lho, kalau abis dari sini,” ujar Sari.
Sari dan Trama membeli rumah ini dalam bentuk kavling. Semula perumahan ini menjual kavling dalam ukuran besar, sehingga harganya relatif tinggi. Tapi kemudian pengembangnya memecah 1 kavling menjadi beberapa kavling, sehingga harga 1 kavling menjadi lebih terjangkau.
Sekalipun waktu membelinya masih berupa kavling, desain rumah bagian depan sudah ditentukan oleh pengembang (agar seragam). Sementara untuk bagian belakang mereka bebas menentukan denahnya. Pasangan dengan satu putra ini lalu memilih untuk menciptakan rumah dengan tata ruang dan desain yang benar-benar disesuaikan dengan pola hidup, kebutuhan, dan kondisi kantong mereka sendiri.
Punya Anak Kecil
Cukup menakjubkan memang, melihat betapa sedikitnya barang yang ada di rumah ini. Sehingga rumah terlihat luas, bersih, terang, dan sedikit terasa lengang.
Rumah ini hanya terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, 2 kamar tidur, dapur, dan kamar mandi. Ruang tamunya hanya diisi dua sofa two seatter. Sementara ruang keluarga hanya memuat satu sofa two seatter dan sebuah karpet yang menghampar di bawahnya.
“Saya senang rumah dengan gaya simpel,” ujar Sari saat ditanya model rumah seperti  apa yang disukainya. Simpel dalam penataan ruangnya dan simpel dalam  penataan perabot. Alasannya, rumah orangtuanya dulu penuh sesak dengan barang, dan cenderung diisi dengan perabot-perabot berukir. Makanya ia ingin menciptakan rumah yang justru berbeda—minim barang, dan cenderung memilih barang yang lebih berkesan modern natural.
Di samping itu, adanya anak kecil juga menjadi pertimbangan Sari dalam “mengisi” rumah. Ia memilih untuk tidak memasukkan terlalu banyak perabot dan pajangan, sehingga anak bisa bermain di dalam rumah dengan leluasa.
Kamar Tamu untuk Orangtua
Rumah ini hanya memiliki dua kamar tidur. Satu kamar utama dan satu lagi kamar tamu. Mungkin terdengar sedikit janggal. Mengapa justru kamar tamu yang diadakan, bukannya kamar anak? Kamar tamu ini memang disiapkan Sari dan Trama untuk orangtua yang sering datang menginap. Bahkan agar orangtua merasa nyaman, kamar mandi yang terletak di sebelah kamar tamu ini diberi pintu tambahan menuju kamar tamu. “Soalnya kasian, kan, kalau orangtua mau ke kamar mandi harus keluar kamar tidur dulu,” ujar perempuan “pejabat” alias peranakan Jawa-Batak ini.
Banyak Anggota Keluarga yang Perokok
Hal lain yang juga dipikirkan oleh Sari dan Trama adalah banyaknya anggota keluarga, tamu, termasuk Trama sendiri yang merokok. Padahal di rumah itu ada anak kecil yang harusnya menghirup udara yang tidak terpolusi oleh asap rokok. Untuk itu mereka meletakkan meja makan tidak di dalam rumah, melainkan di teras belakang. Ini karena aktivitas merokok paling sering dilakukan sehabis makan, atau sambil mengobrol di meja makan. “Meja makan itu juga saya pakai untuk belajar atau mengerjakan tugas,” ujar perempuan yang baru meraih gelar S2 dari UI ini.
Dengan meja makan di luar, selain suasana ruang makan yang berbatasan dengan taman jadi terasa segar dan udara di dalam rumah jadi bersih, ruang keluarga pun jadi lebih luas tanpa harus berbagi dengan ruang makan. Di sini si kecil bisa bebas berlari-larian.
Perabot dari Peti Kemas
Ingin suasana yang berbeda dari rumah orangtua yang berkesan tradisional, Sari lebih memilih perabot kayu bergaya modern yang polos tanpa ukiran. Terinspirasi dari model furnitur merek Ikea, ia lalu memesan beberapa perabot dari kayu peti kemas di daerah Kalimalang, yang memang dikenal sebagai sentra pembuatan furnitur dari bahan peti kemas. Hasilnya cukup memuaskan. Dan yang penting, harganya sangat terjangkau.
Melihat pasangan muda ini membangun rumahnya, ada satu hal yang cukup menarik dan mungkin bisa ditiru. Semua kebutuhan serta prilaku anggota keluarga dan tamu, sudah dipikirkan sebelum rumah dibangun. Dan rumah dibuat sebisa mungkin mampu menampung semua kebutuhan itu. Jadi, mereka tidak perlu lagi sibuk menyiapkan tempat tidur kalau orangtua datang bermalam, atau mengungsikan anak saat teman-teman yang perokok datang berkunjung. Memang, rumah tidak hanya perlu cantik, tapi juga mesti dirancang sesuai kebutuhan. Karena kalau sudah “sesuai”, kenyamanan pun datang menghampiri.
sumber: www.tabloidumah.com

No comments: